Monday, May 5, 2014

Semarang

akhirnya.....setelah sekian lama berniat untuk nulis, tercapai juga hari ini, ketika seharusnya bikin analisis lkt
zing .... berikut reportase paling berkesan dari perjalanan ke semarang dalam rangka pernikahan bff :)
dikarenakan waktu yang terbatas, hanya sempat menikmati soto khas semarang, ke klenteng sam po kong, katedral dan lawang sewu. 

Lawang sewu, yang akhirnya saya kunjungi setelah tinggal di semarang ketika oma masih ada dan berkali-kali bolak-balik Semarang, dan baru menyadari bahwa lawang sewu itu museum, berhubung lebih banyaknya cerita hantu dibandingkan fakta sejarah yang beredar tentang lawang sewu. 
sekilas patung di klenteng sam po kong

Lentera semacam yang dipake hagrid

akhirnya ketemu telegram

Mesin untuk mencetak karcis

peta jalur kereta di tahun 1925, yang sepertinya tetap sama sampai sekarang



 
di tahun 1925, Belanda, yang sayangnya menjajah bangsa ini, sudah punya master plan untuk membangun kereta di Sumatera, Kalimantan, bahkan Sulawesi. bisa jadi keponakan saya tidak perlu liburan ke jakarta untuk naik kereta. sekitar tahun lalu mengunjungi Sumatera Barat, rel kereta dan jembatan, bahkan terowongan untuk rel kereta api, masih berdiri gagah. sayangnya selama 3-4 hari disana, tak satu pun kereta yang melintas. katanya sih memang sudah tidak ada kereta yang beroperasi, hanya kereta wisata yang samar-samar juga informasinya. terpikir betapa banyak kemudahan kalau kereta beroperasi di sumatera, bahkan sulawesi, yang daerahnya berbukit-bukit. pasti ga perlu pusing selama 1 jam lebih dari kampung saya ke Manado :) 


fyi : tiket masuk lawang sewu Rp 10.000,00 per orang dewasa. ketika masuk pasti akan ditawarin pemandu, jasanya Rp 30.000,00. saya sih sudah pasti ga ikutan, mental hemat (meringis), jadi kurang ngerti kira-kira informasi apa yang bisa diberikan pemandu. walau begitu, menurut saya informasi yang tersedia cukup banyak di lawang sewu koq, bahkan ada dalam bentuk film. sayangnya lagi, selama hampir 1 jam saya di lawang sewu dan terkagum-kagum dengan sejarah bangsa ini, banyak wisatawan domestik seumuran, bahkan lebih muda yang lebih sibuk berfoto-foto, ngobrol, dan pacaran (interupsi ngelus dada).

Whats the point of going to the museum and tour guide??
saya pikir, dunia ini jauh lebih besar dari hidup kita masing-masing, emang ga penasaran gimana dunia sebelum kita ada dan setelah kita ga ada nanti?
(berharap diajak doraemon pake mesin waktu)